Minggu, 12 Juli 2020

Materi Produksi Massal



PROSES PRODUKSI MASSAL


1.1.   Pengertian Proses Produksi
Proses produksi memiliki dua pengertian yaitu, pengertian proses dan pengertian produksi. Suatu cara, metode, atau teknik bagaimana mengubah sumber-sumber yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku, dan kekayaan alam yang ada untuk memperoleh suatu hasil yang optimal disebut dengan proses, sedangkan produksi adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan barang atau jasa dengan cara mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sehingga barang tersebut memiliki nilai tambah.
Maka, dapat disimpulkan bahwa proses produksi adalah cara, metode, serta teknik untuk menciptakan, mengolah, atau memberi nilai tambah bagi suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber daya (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dana) yang ada. Proses produksi juga dibedakan berdasarkan karakteristik aliran prosesnya maupun tipe pesanan langganannya.
Sebagai catatan dalam perusahaan manufacturing, aliran produk sama dengan aliran bahan mentah, sedangkan dalam industri jasa, proses produksi tidak ditunjukan dengan aliran produk secara fisik, tetapi oleh urutan – urutan operasi yang dilaksanakan dalam pemberian pelayanan.

1.2.   Pengertian Proses Produksi Massal
Produksi suatu produk dalam jumlah yang sangat besar dengan menggunakan metode produksi padat modal secara berkesinambungan disebut Mass Production atau produksi massal. Produksi massal secara khusus ditemukan dalam industri di mana produk yang ditawarkan distandarisasi secara teliti sehingga memungkinkan mesin-mesin dan proses-proses yang otomatis menggantikan peran tenaga kerja. Industri produksi massal ditandai dengan pemusatan penjualan tingkat tinggi, persyaratan masuk yang sulit. dan penggunaan skala ekonomi yang menghasilkan unit biaya penawaran yang rendah.

1.3.   Tahapan-Tahapan di dalam Penetapan Proses Produksi
a.             Routing, yaitu menetapkan dan menentukan urutan proses produksi berawal dari bahan mentah hingga menjadi produk akhir.
b.             Scheduling, yaitu menetapkan dan menentukan jadwal operasi produksi yang disinergikan sebagai suatu kesatuan.

c.             Dispatching, yaitu menetapkan dan menentukan proses pemberian perintah untuk mulai dilaksanakannya  operasi  proses  produksi  yang   sudah   direncanakan   di   dalam routing dan scheduling.
d.             Follow-up, yaitu menetapkan dan menentukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi penundaan dan mendorong terkoordinasikannya seluruh perencanaan operasi produk.


1.4.   Proses Produksi
a.             Siklus Proses Produksi :
1.    PROSES PRODUKSI (Produk dalam Proses)
2.    INPUT (BB)
3.    OUT PUT (Produk Jadi)
b.             Proses Produksi
Yang dimaksud proses produksi adalah kegiatan mengolah produk dengan mengorbankan berbagai biaya produksi baik langsung maupun tidak langsung dari bahan mentah / baku menjadi produk jadi siap untuk dijual.
c.             Unsur-unsur Biaya Produksi
Ada tiga macam unsur-unsur biaya produksi, yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead (biaya umum). Biaya bahan baku (BBB) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan utama pembuatan produk. Contoh :
•  Bahan baku produk mebel adalah kayu
•  Bahan baku produk roti adalah terigu
•  Bahan baku pakaian adalah kain


1.5.   Ciri-Ciri Perencanaan Produksi
a.             Perencanaan proses produksi harus mengarah pada kegiatan masa-masa mendatang
b.             Perencanaan proses produksi harus mempunyai jangka waktu tertentu
c.             Perencanaan proses produksi harus mempersiapkan tenaga kerja, mesin-mesin, bahan baku, metode pengerjaan, modal, dan lain sebagainya
d.             Perencanaan proses produksi harus dapat mengoordinasi kegiatan produksi dengan kegiatan bagian lain
e.             Perencanaan proses produksi harus dapat menentukan jumlah produk, jenis produk, kualitas produk, warna produk, ukuran produk, bentuk produk, dan lain sebagainya.

1.6.   Syarat-syarat Perencanaan Proses Produksi
a.             Perencanaan proses produksi tentunya harus disesuaikan dengan tujuan perusahaan

b.             Perencanaan    proses    produksi    harus    sederhana,    mudah    dimengerti,   dan    dapat dilaksanakan
c.             Perencanaan proses produksi harus memberikan analisis dan klasifikasi kegiatan


1.7.   Persiapan Perencanaan Proses Produksi
Adapun persiapan perencanaan operasi produk meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.             Prosedur Persiapan
Sebelum wirausahawan menentukan produk apa yang akan dibuat, wirausahawan terlebih dahulu harus mencari informasi pada para konsumen lalu mengajak karyawan untuk berpartisipasi memikirkan produk yang akan dibuat
b.             Penyaringan Gagasan
Setelah ide bagus banyak ditemukan, wirausahawan harus memilah gagasan dengan penyaringan yang baik
c.             Analisis Gagasan
Dalam hal ini, wirausahawan diharapkan dapat menganalisis gagasan yang dipilih untuk bisa mengetahui potensi permintaan terhadap produk, jumlah omset penjualan, dan seberapa besar kemampuan suatu produk menghasilkan laba
d.             Percobaan Produk
Untuk bisa mewujudkan gagasan ke dalam kegiatan konkret, yaitu dengan membuat produk yang bisa dipertanggung jawabkan.
e.             Uji Coba Produk
Untuk mengetahui seberapa besar kelemahan, kesalahan, efek samping, kualitas, dan manfaat produk, wirausahawan harus mengadakan pengujian agar produk tersebut benar-benar dapat dipertanggung jawabkan kepada konsumen.
f.              Komersialisasi Produk
Setelah dilakukan pengujian, barulah diperkenalkan kepada konsumen, yaitu mulai pemberian merek produk, kemasan produk, penetapan harga, promosi dan distribusi.

1.8.   Tipe Proses Produksi
Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas bahwa proses produksi dapat dibedakan berdasarkan karakteristik aliran dan tipe pesanan pelanggannya. Maka, pada bagian ini membahas tentang klasifikasi berdasarkan aliran proses produksinya, yaitu :
a.             Aliran Garis
Tipe mempunyai ciri aliran proses dari bahan mentah sampai menjadi produk akhir dengan urutan operasi yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa selalu tetap.

Untuk tipe aliran ini, produk harus di standarisasi dengan baik dan harus mengalir dari satu operasi atau proses kerja ke operasi berikutnya dengan urutan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Terdapat 2 tipe produksi pada operasi aliran garis, yaitu :
·           Produksi massal (mass production)
Proses produksi massal umumnya memproduksi kumpulan-kumpulan produk dalam jumlah besar yang mengikuti serangkaian operasi yang sama dengan produk sebelumnya sehingga proses ini sering disebut sebagai repetitive process, misalnya produk elektronik, mobil, motor dan sebagainya.
·           Produksi secara terus-menerus (continuos production).
Proses produksi secara terus-menerus ditandai dengan waktu produksi yang relatif lama, hal ini untuk menghindari penyetelan-penyetelan. Produksi terus-menerus tampak di dalam industri proses, seperti: industri kimia, industri kertas, industri baja, dan industri – industri lainnya.
Keputusan untuk menggunakan operasi aliran garis tidak hanya berdasarkan pertimbangan efisiensi saja, namun juga perlu faktor – faktor lain, seperti: keusangan produk, ketidakpuasan kerja karyawan karena kebosanan dan resiko perubahan teknologi proses, dan faktor – faktor lain yang mempengaruhinya.
b.             Aliran Intermiten
Tipe aliran ini mempunyai ciri produksi dalam kelompok barang yang sejenis pada interval waktu yang terputus-putus. Dalam hal ini, peralatan dan tenaga kerja dikelola dan diorganisasikan dalam pusat-pusat kerja menurut tipe-tipe keterampilan atau peralatan yang serupa. Operasi-operasi intermitten sangat fleksibel dalam perubahan volume atau produk, karena operasi-operasinya menggunakan peralatan serbaguna dan tenaga kerja yang memiliki keterampilan tinggi. Fleksibilitas ini menimbulkan berbagai masalah dalam pengendalian persediaan, schedule, dan kualitas, atau dapat dikatakan belum efisien.
Istilah operasi intermitten sering disebut job shop dan istilah ini terkadang hanya digunakan untuk menyatakan operasi-operasi intermitten yang memproduksi barang- barang berdasarkan spesifikasi pesanan langganan. Operasi intermitten dapat diterapkan pada produksi barang-barang yang tidak di standardisasi atau volume produksinya rendah, karena operasi ini merupakan operasi yang paling ekonomis dan  melibatkan risiko yang paling kecil.
c.             Aliran Proyek
Aliran proyek ini banyak digunakan untuk memproduksi produk-produk yang sifatnya khusus atau unik, seperti kapal, pesawat terbang, gedung, dan lain-lain. Setiap unit

produk dibuat sebagai suatu barang tunggal, meskipun tidak ada aliran produk bagi suatu proyek, tetapi ada urutan-urutan operasi dimana seluruh operasi atau kegiatan individual harus diurutkan untuk menunjang pencapaian tujuan akhir.
Masalah-masalah yang mungkin sering terjadi dalam manajemen proyek adalah perencanaan, pengurutan, scheduling, dan pengawasan kegiatan individual yang mengarahkan penyelesaian proyek secara keseluruhan. Bentuk operasi-operasi proyek digunakan bila ada kebutuhan akan kreatifitas dan kekhususan dalam pembuatan suatu produk. Sulit untuk mengoptimalisasikan proyek-proyek, karena hanya dikerjakan sekali sehingga peralatan serbaguna terkadang digunakan untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja. Proyek-proyek ditandai dengan biaya yang tinggi dan kesulitan dalam perencanaan dan pengawasan managerial. Hal ini disebabkan oleh proyek yang pada dasarnya sukar dirumuskan, dan mungkin merupakan subyek derajat perubahan dan inovasi yang tinggi.
Seperti yang telah diketahui bahwa cara, metode, serta teknik menghasilkan produk yang cukup banyak, maka proses produksi ini banyak macamnya, tetapi secara ekstrim dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:
1.             Proses produksi terus-menerus (countinuos process)
2.             Proses produksi terputus-putus (intermitten process)
3.             Penyusunan Peralatan dan Perlengkapan Pabrik Berdasarkan Aliran Proses Produksi  Untuk melihat jenis atau tipe proses produksi yang digunakan, dapat melihatnya
berdasarkan layout yang berlaku pada perusahaan tersebut. Layout dirancang untuk memungkinkan terjadinya perpindahan yang ekonomis dari material dan kegiatan dari orang- orang yang berada didalam berbagai proses dan operasi perusahaan. Jarak angkut material, pengambilan, serta peletakan produk-produk dan peralatan hendaknya dibuat sependek mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk meminimumkan biaya penanganan dan angkut (tranportasi). Secara lebih terperinci, tujuan layout untuk memanfaatkan ruangan yang tersedia seefektif mungkin, meminimumkam biaya penanganan bahan, dan jarak mengangkut, menciptakan kesinambungan dalam proses produksi, membangkitkan semangat, dan efektifitas kerja, menyederhanakan proses produksi, menjaga keselamatan karyawan, dan barang – barang yang sedang diproses, serta menghindari berbagai bentuk pemborosan.

Dalam sistem produksi terdapat beberapa pola dasar umum dari layout, yaitu:
·      Layout Fungsional (layout process)
Dalam   layout    proses,    semua    mesin-mesin    dan    peralatan    ditempatkan    atau dikelompokan dalam suatu area atau department yang sama. Jadi, hanya terdapat

suatu jenis proses ditiap bagian atau department, dalam proses layout ini digunakan mesin dengan tipe general purpose machine.
Umumnya proses layout ini terdapat dalam perusahaan-perusahaan yang berdasarkan job order shop. Maksud dari job order shop itu pabrik-pabrik yang memproduksi barang-barang yang tidak sama dan terbatas jumlahnya, serta menurut pesanan pembeli atau batch production.
·      Layout Garis (layout product)
Pada layout garis ini, produk mesin-mesin dan peralatan manufacturing diatur  menurut aturan dari aliran produk atau urutan proses produksi. Oleh karena itu, bagian yang ada menjadi bagian pengerjaan suatu produk (product manufacturing department). Operasi atau jalannya proses pembuatan suatu produk selalu ditentukan terlebih dahulu baru ditentukan urutan-urutan mesinnya. Layout berdasarkan produk ini digunakan dalam industri-industri yang menghasilkan produk-produk secara massal dan barangnya telah di standardisasikan.
·      Layout Kelompok (group layout)
Layout pada jenis ini memisahkan area-area dan kelompok-kelompok mesin didalam pembuatan komponen-komponen yang memerlukan proses yang sejenis. Setiap komponen produknya diselesaikan di area-area spesialis ini dengan keseluruhan urutan pengerjaan mesin yang dilakukan di tempat tersebut. Layout seperti ini merupakan layout yang terpisah dan hal ini termasuk suatu variasi dari layout produk. Dalam layout kelompok ini, bagian-bagian dan komponen yang akan dikerjakan dikelompokan menjadi semacam ”keluarga”, dan berbagai area atau department dibuat secara terpisah.
·      Layout Posisi Tetap (fixed potition layout)
Layout posisi tetap sering digunakan dalam produksi besar dan kompleks, seperti pabrik mesin, pabrik pembuatan lokomotif, turbin listrik, kapal terbang, kapal laut jembatan dan sebagainya. Dalam hal ini produk mungkin berada dalam suatu lokasi selama periode perakitan atau mungkin tinggal disuatu tempat untuk waktu yang lama dan kemungkinan dipindahkan ketempat perakitan lainnya dimana pekerjaan selanjutnya dilakukan.
Penyusunan layout tidak dapat dipisahkan dari material handling atau penanganan bahan, karena masalah ini sangat erat hubungannya atau dengan kata lain saling ketergantungan. Pengertian dari material handling adalah suatu kegiatan meletakan bahan-bahan atau barang-barang dalam proses produksi di dalam suatu pabrik,

kegiatannya dimulai sejak bahan baku (material) masuk atau diterima oleh pabrik sampai pada saat barang jadi atau produk dikeluarkan dari pabrik.
Penempatan layout yang baik dapat sangat membantu proses produksi, dimana penempatan fasilitas-fasilitas yang teratur dapat memudahkan dan meminimalkan gerakan dari operator dan material handling sehingga biaya yang dikeluarkan dapat ditekan seminim mungkin dan hal ini berarti kegiatan produksi lebih efisien.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar