Minggu, 20 September 2020

STANDARDISASI DALAM KAITANNYA DENGAN PENGUJIAN PRODUK OTOMOTIF KENDARAAN RINGAN

 

Pengertian Standardisasi

Pengertian dasar Standar sebenarnya telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari meskipun seringkali kita tak menyadarinya, tanpa juga pernah memikirkan bagaimana standar tersebut diciptakan ataupun manfaat yang dapat diperoleh. Kata standar berasal dari bahasa Inggris “standard”, dapat merupakan terjemahan dari bahasa Perancis “norme” dan “etalon”. Istilah “norme” dapat didefinisikan sebagai standar dalam bentuk dokumen, sedangkan “etalon” adalah standar fisis atau standar pengukuran. Untuk membedakan definisi dari istilah standar tersebut, maka istilah “standard” diberi makna sebagai “norme”, sedangkan ‘etalon” dalam bahasa Inggris diartikan sebagai “measurement standard”. Dalam bab-bab awal terutama dibahas “standard” dalam pengertian “norme” sedangkan “etalon” atau “measurement standard” akan dibahas secara khusus di Bab 6 Metrologi. Dalam bahasa Indonesia kata standar pada dasarnya merupakan sebuah dokumen yang berisikan persyaratan tertentu yang disusun berdasarkan konsensus oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan disetujui oleh suatu lembaga yang telah diakui bersama. Definisi standar dan standardisasi yang digunakan BSN (Badan Standardisasi Nasional) diacu dari PP No. 102 Tahun 2000 adalah sebagai berikut: Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan 4 memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib melalui kerjasama dengan semua pihak yang berkepentingan. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan berlaku secara nasional. Definisi sesuai ISO/IEC Guide 2: 2004 adalah sebagai berikut:

Standard …. A document, established by consensus and approved by a recognized body, that provides, for common and repeated use, rules, guidelines or characteristics for activities or their results, aimed at the achievement of the optimum degree of order in a given context. Note: Standards should be based on the consolidated results of science, technology and experience, and aimed at the promotion of optimum community benefits. Standardization… (The) activity of establishing, with regard to actual or potential problems, provisions for common and repeated use, aimed at the achievement of the optimum degree of order in a given context. Notes: 1. In particular, this activity consists of the processes of formulating, issuing and implementing standards. 2. Important benefits of standardization are improvement of the suitability of products, processes and services for their intended purposes, prevention of barriers to trade and facilitation of technological cooperation. Consensus….General agreement, characterized by the absence of sustained opposition to substantial issues by any important part of the concerned interests and by a process that involves seeking to take into account the views of all parties concerned and to reconcile any conflicting arguments Note – Consensus need not imply unanimity

Berpatokan pada definisi tersebut di atas dapat diidentifikasi pokok-pokok berikut:

• Entiti standardisasi;   

• Sektor penerapan standardisasi;

• Keterlibatan orang/pihak tertentu dalam kegiatan standardisasi, dan

• Tujuan standardisasi.. Standar kini merupakan salah satu sarana manajemen terpenting yang pernah dimunculkan dan perlu dipelajari dan difahami secara menyeluruh oleh para cendikiawan, pelaku usaha, perencana dan ahli teknik saat merancang, memilih, menguji, atau mensertifikasi produk Standardisasi bukanlah suatu kegiatan yang statis, di seluruh dunia standardisasi mengalami perkembangan, baik mengenai ruang lingkup, prosedur perumusan maupun penerapannya. Oleh karena itu Lal Verman (1973) berpendapat bahwa standardisasi perlu dianggap sebagai suatu disiplin pengetahuan baru. Perkembangan ilmu dan teknologi, pertumbuhan industri dan semakin luasnya perdagangan global yang begitu cepat menjadi dorongan yang sangat penting bahwa para mahasiswa memiliki pemahaman mendasar tentang standar, penerapannya dan proses pembuatan standar serta manfaatnya bagi pembangunan dan perekonomian nasional. Pada saat ini makin banyak perguruan tinggi di seluruh penjuru dunia memberikan perhatian khusus yang terus meningkat terhadap pemasukan pemahaman standar ke dalam kurikulum mereka.

Prinsip standardisasi

Prinsip 1 : Standardisasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar dengan tujuan penyederhanaan oleh suatu masyarakat tertentu. Hal ini akan mengecah timbulnya keanekaragaman produk yang tidak perlu. Keanekaragaman berlebih ini tidak menghasilkan suatu manfaat baru atau jasa tertentu yang lebih bermutu.

Prinsip 2 : Standardisasi adalah suatu kegiatan sosial, politis dan ekonomis dan sejogianya digalakkan oleh berbagai pemangku kepentingan secara konsensus.

Prinsip 3 : Standar hanya bermanfaat bila digunakan dan diterapkan dengan benar. Ada kemungkinan bahwa penerapannya merupakan suatu “kerugian” bagi pihak tertentu tetapi memberikan keuntungan bagi masyarakat secara menyeluruh.

Prinsip 4 : Standar merupakan kompromi antara berbagai alternatif yang ada, dan mencakup ketetapan terbaik serta penerapan yang bijaksana selama kurun waktu tertentu.

Prinsip 5 : Standar perlu ditinjau ulang dalam perioda tertentu dan direvisi atau bila perlu dinyatakan tidak berlaku lagi agar standar yang berlaku selalu sesuai dengan perkembangan di masyarakat. 16

Prinsip 6 : Bila karakteristik produk di spesifikasi, maka harus didesain pula metode pengujiannya. Bila diperlukan metode pengambilan contoh (sampling), maka jumlah contoh dan frekuensi pengambilan harus dicantumkan dengan jelas.

Prinsip 7 : Bila suatu standar harus ditetapkan secara wajib, maka hal ini harus didukung oleh regulasi teknis pihak berwajib dan memenuhi peraturan-perundangan yang berlaku. Dalam menetapkan penerapan secara wajib perlu dipertimbangkan jenis standar, tingkat perkembangan industri dan sarana pendukung lainnya seperti lembaga penilaian kesesuaian, lembaga penguji dan lembaga kalibrasi.

Manfaat standardisasi

Sesuai definisi, standardisasi bertujuan untuk mencapai ekonomi keseluruhan secara maksimum dan memberikan manfaat bagi berbagai sektor masyarakat.

Manfaat standardisasi secara umum adalah untuk:

1. Memperlancar transaksi arus barang dan jasa dalam perdagangan domestik maupun internasional. Selain itu berguna untuk menghilangkan hambatan teknis dalam perdagangan melalui harmonisasi standar;

2. Membantu mempercepat desiminasi sistem manajemen, teknologi dan inovasi;

3. Meningkatkan daya saing bisnis dengan fokus terhadap mutu, keamanan, keselamatan, kesehatan dan pelestarian lingkungan;

4. Memfasilitasi penilaian dan pembuktian kesesuaian dan;

5. Optimasi infrastruktur standardisasi.

Manfaat standar bagi berbagai sektor masyarakat yang berkepentingan: Bagi produsen penerapan standar bermanfaat dalam hal:

1. Memberikan kemudahan dalam membuat prosedur dengan format yang sudah siap. Dibuat dan berlaku secara umum dalam pemecahan masalah yang berulang;

2. Mengurangi peralatan serta waktu persiapan pada lini produksi dan membuat bertahannya proses produksi tertentu dengan sedikit perubahan;

3. Mengefektifkan pemeriksaan dan pengujian serta prosedur pengendalian mutu untuk mengurangi produk yang tak memenuhi spesifikasi (reject) dan pengerjaan ulang (re-working);

4. Memungkinkan pengadaan bahan baku seperti material dan komponen yang dapat dipertukarkan dari stok yang tersedia dengan lebih mudah serta tanpa kehilangan waktu;

5. Mengurangi persediaan dan sisa material, komponen dan produk akhir;

6. Memfasilitasi pelatihan bagi staf dan operator;

7. Mengurangi biaya pada pekerjaan administratif;

8. Memfasilitasi pemasaran dan meningkatkan kepercayaan konsumen; dan

9. Mendorong tercapainya produktivitas yang lebih tinggi di setiap divisi/departemen, yang berarti pengurangan biaya, harga rendah, penjualan tinggi dan keuntungan lebih besar.

Bagi pemasok dan pedagang penerapan standar bermanfaat dalam hal:

1. Mengefektifkan pemeriksaan dan pengujian;

2. Pengadaan yang lebih mudah;

3. Mengurangi investasi di dalam inventarisasi;

4. Penyederhanaan pelayanan;

5. Pengurangan biaya;

6 fasilitasi di dalam perluasan pasar;

7. Fasilitasi di dalam pelayanan pasca penjualan;

8. Mempercepat kembalinya modal dan keuntungan investasi lebih tinggi;.

9. Standar memberikan dokumen yang sah terhadap pengadaan stok, penjualan mereka, sehingga mudah disusun dengan jelas sesuai kebutuhan pelanggan;

10. Standar memungkinkan semua pihak yang terkait untuk menghindari, mengurangi kemungkinan adanya kesalahpahaman yang mendorong ke arah perselisihan perdagangan yang sebenarnya tidak perlu terjadi atau proses peradilan.

Bagi konsumen atau pengguna, penerapan standar bermanfaat untuk:

1. Memudahkan pemilihan produk bermutu;

2. Mengefektifkan pemeriksaan dan pengujian;

3. Pengadaan yang mudah dengan biaya lebih rendah;

4. Penyederhanaan pelayanan dan meningkatkan layanan purna jual;

5. Mengurangi investasi di dalam inventori;

6. Dasar untuk bertransaksi;

7. Mengurangi perselisihan dan kesalah pahaman.

Bagi ilmuwan, penerapan standar bermanfaat dalam hal:

1. Sebagai dasar penetapan dalam memfasilitasi suatu hasil akhir yang dapat dibandingkan dan diproduksi ulang dalam mengevaluasi produk dan jasa;

2. Membantu dalam menentukan spesifikasi dan persyaratan khusus item lainnya;

3. Memberikan definisi yang teliti terhadap alat, piranti dan peralatan yang digunakan serta prosedur yang akan digunakan dan harus diikuti dalam teknik evaluasi;

4. Memberikan solusi yang dapat diterima dan disetujui terhadap masalah yang berulang, serta memungkinkan mereka untuk lebih berkonsentrasi secara efektif pada hal penting dan isu pokok sifat awal dari perancangan, penelitian dan pengembangan; dan

5. Sebagai titik awal bahan penelitian dan pengembangan untuk selanjutnya berimbas terhadap peningkatan mutu barang dan jasa.

Minggu, 06 September 2020

Pengujian Produk

 

BAB 3

PENGUJIAN PRODUK

Pengujian produk atau pengujian konsep produk merupakan suatu kegiatan yang ada di dalam salah satu tahap pengembangan produk. Sebelum diproduksi dan dipasarkan, sebuah produk baru terlebih dahulu harus diuji untuk mendapatkan umpan balik dari kelompok konsumen yang menjadi sasaran. Dengan pengujian konsep produk ini perusahaan akan memperoleh tanggapan dari konsumen mengenai produk yang akan dibuatnya.  Dengan demikian perusahaan akan memperoleh gambaran yang meyakinkan terhadap produk tersebut, apakah produk tersebut layak atau tidak untuk dikembangkan lebih lanjut.

A.     Arti dan Tujuan Pengujian Produk

Pengujian konsep produk merupakan salah satu tahap dalam pengembangan produk baru. Produk atau konsep produk dapat disajikan secara simbolik maupun fisik. Konsumen yang nantinya akan menjadi pengguna produk tersebut, dimintai pendapatannya tentang konsep produk tersebut dengan atribut dan keterkaitannya. Setiap pengujian produk atau konsep produk harus mencakup pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1.      Apakah konsep produk/gambaran produknya jelas dan mudah dimengerti?

2.      Apakah manfaat dari produk tersebut bagi konsumen?

3.      Apakah konsumen melihat manfaat khas yang tidak terdapat pada produk pesaing?

4.      Apakah konsumen menyukai produk ini dibanding dengan produk lain yang sejenis?

5.      Apakah konsumen bersedia membeli produk?

6.      Apakah produk ini memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen?

7.      Perbaikan apakah yang diusulkan oleh konsumen sesuai kebutuhan konsumen?

Dengan melakukan pengujian produk, perusahaan atau suatu usaha akan dapat lebih memperkaya konsep produk dan menciptakan suatu produk terbaik yang sesuai dengan minat konsumen. Metode seperti ini bisa diterapkan dalam berbagai macam produk, baik barang maupun jasa. 

Beberapa perusahaan atau usaha terkadang sudah merasa puas apabila telah mendapatkan gagasan atau ide produk, tetapi tidak mematangkan gagasan tersebut menjadi sebuah konsep produksi untuk diuji. 
Kendala yang sering dihadapi pada suatu produk yang dibuat tanpa melalui tahap uji adalah  kesulitan ketika produk tersebut memasuki pasaran.


Pengembangan konsep produksi merupakan cara yang efektif untuk pengembangan produk baru. Apabila konsep pengembangan produk baru ini dilakukan dengan benar maka perusahaan akan dapat menyelamatkan biaya ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Perusahaan juga akan terhindar dari langkah awal yang salah, postioning yang salah, strategi yang buruk, dan menjual kepada orang yang salah.

Jadi pada dasarnya pengujian terhadap konsep (concept testing) adalah upaya untuk memprediksi keberhasilan sebuah ide mengenai produk baru sebelum diluncurkan ke pasar. Proses ini biasanya melibatkan reaksi orang lain (konsumen) terhadap pernyataan yang menjelaskan ide dasar dari produk tersebut.


Pengembangan konsep produksi, dilakukan melalui mekanisme penyempurnaan ide-ide baru secara bertahap melalui respon pasar ke dalam bentuk yang paling mungkin untuk diterima di pasar. Hal ini dilakukan untuk menerapkan ide-ide yang menjanjikan kesempatan untuk bersaing dipasaran, juga sebagai panduan untuk menggali informasi mengenai manfaat, kegunaan, kemasan, iklan, penjualan, informasi produk, distribusi dan juga harga.


Produk unggulan tidaklah cukup.

Mengubah perilaku konsumen tidaklah mudah. Secara umum konsumen bersedia berpindah ke produk baru jika melihat adanya keuntungan yang signifikan. Orang harus mempercayai bahwa produk baru tersebut lebih berharga secara ekonomi, kualitas, ketersediaan, dan kemudahan mendapatkan produk tersebut.
Perusahaan harus cukup meyakinkan konsumen untuk mengubah kepercayaan mereka akan suatu produk termasuk kenyamanan terhadap cara mendapatkan dan memanfaatkan produk tersebut. Perusahaan harus mampu meyakinkan konsumen bahwa perubahan yang mereka lakukan tidaklah salah, bahkan memberikan keuntungan baik secara manfaat, finansial serta kenyamanan untuk mendapatkan produk tersebut. Perbaikan yang setengah-setengah jarang berhasil untuk menggantikan produk yang sudah menjadi pemimpin besar di pasar.

Bukan apa yang anda ketahui, tetapi apa yang orang pikirkan tentang produk anda.

Produk yang paling sederhana pun akan dirasakan berbeda oleh orang yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari berbagai perspektif, yang digunakan untuk berbagai tujuan, dalam konteks yang berbeda, dengan harapan yang berbeda pula. 

Perusahaan tidak bisa mengembangkan produk berdasarkan teori dan keinginan pengusaha saja, tetapi harus disesuaikan dengan keinginan pasar.  Sedalam apapun teori digali, tetapi pada akhirnya akan di lempar ke konsumen juga, maka perlu mengetahui realitas psikologis konsumen, yaitu bagaimana daya serap dan tanggapan konsumen terhadap produk yang akan Anda sajikan. Dalam hal ini perusahaan harus lebih fokus terhadap perilaku konsumen daripada terhadap produk itu sendiri.


Bangunlah Laboratorium pemasaran Anda.

Laboratorium yang dimaksud adalah tempat yang paling efektif untuk mencoba produk baru. Belum ada laboratorium yang lebih baik untuk menguji produk baru dibanding dengan diskusi kelompok terarah (focus group discussion). 
Dalam diskusi kelompok tersebut, orang-orang akan termotivasi untuk berkomunikasi, dan seorang moderator yang berpengalaman dapat menyimpulkan apa yang ada dalam pikiran dan hati mereka.
Di dalam diskusi tersebut, semua hal akan dianggap penting.  Hal-hal yang dikatakan, yang tidak dikatakan, bagaimana cara penyampaian, pendapat, kritik maupun saran.

B.     Tahapan Pengujian Produk

Konsep pengujian merupakan proses atau usaha yang diprediksi menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif untuk menghitung respon pelanggan pada produk baru sebelum diperkenalkan di pasar. Pengujian konsep membantu kita menguji keberhasilan produk baru.
Tahapan pengujian produk sebelum kita menawarkan di pasaran secara umum, meliputi:

1.     Pembuatan Prototype.

2.     Evaluasi Prototype.

3.     Meluncurkan Tester/sample ke Pasar.

4.     Evaluasi Tester/Sample dan pasar.

5.     Membuat rencana lanjutan setelah evaluasi.

6.     Produksi massal.

7.     Evaluasi Produksi massal secara berkelanjutan.

Gambaran langkah-langkah yang dilakukan sesuai dengan tahapan di atas adalah bahwa konsep produk yang telah dianalisa berbagai kemungkinannya secara teoritis dan ternyata dapat diterima, selanjutnya dikembangkan menjadi produk secara fisik oleh Departemen Litbang menjadi sebuah prototype.

Dalam hal ini, ada tiga langkah yang perlu dilakukan terhadap Prototype tersebut, yaitu:
1. Pembuatan Model dengan 3 persyaratan : 

·         Merupakan gambaran utuh produk akhir mencakup bentuk dan cirikasnya. 

·         Produk tersebut dapat bekerja dengan aman dalam keadaan dan penggunaan yang normal. 

·         Produksinya dapat dilaksanakan oleh pabrik sesuai dengan anggaran yang tersedia. 

2. Pengujian Fungsional: 

    Untuk mengetahui apakah produk tersebut berfungsi dengan baik dan aman bagi konsumen. 


3. Pengujian Konsumen: 

    Melibatkan konsumen untuk menilai dan mengetahui bagaimana tanggapan konsumen.

Pengujian pasar ini dilakukan untuk memperoleh pengalaman dengan pemasaran produk. Tujuan dasar dari pengujian pasar adalah menguji produk itu sendiri, di dalam situasi yang sebenarnya. Hasil-hasil pengujian pasar dapat dipakai untuk membuat standar operasional produksi, sistem penjualan dan perhitungan ekonomis yang lebih baik.

 

Manfaat Pengujian Pasar

Pengujian pasar mempunyai beberapa manfaat, diantaranya:

·         Untuk membuat prediksi penjualan masa datang yang lebih baik.

·         Pengujian awal terhadap berbagai ragam rencana pemasaran.

·         Mengidentifikasi kendala-kendala yang mungkin muncul di lapangan sehingga dapat mengambil langkah-langkah antisipasinya.

Pengujian pasar menjanjikan informasi yang memadai sebagai dasar untuk memutuskan jadi atau tidaknya sebuah produk baru diluncurkan. Jika perusahaan melanjutkan dengan komersialisasi, maka akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Adapun keputusan yang perlu dipertimbangkan secara matang dalam menentukan tahap komersialisasi, meliputi kapan produksi awalnya, ke mana saja wilayah pemasarannya, kepada siapa, dan bagaimana caranya.

 

Tahapan Proses Pengujian Produk Baru

Pengujian produk baru bertujuan memberikan penilaian yang lebih rinci tentang peluang suksesnya produk baru, mengidentifikasi berbagai penyesuaian akhir yang diperlukan produk tersebut, dan menetapkan berbagai elemen penting dalam program pemasaran yang akan digunakan dalam memperkenalkan produk tersebut di pasar. Secara umum, ada 4 (empat) kegiatan dalam pengujian produk baru, yaitu sebagai berikut:

 

a.      Technical Testing (Pengujian Teknis)

Technical testing dilakukan dengan cara membuat prototype yang merupakan perkiraan terdekat dari produk akhir. Pengujian atas kinerja prototype dapat menghasilkan sejumlah informasi penting tentang  product shelf life (usia efektif produk), tingkat keusangan produk masalah yang timbul dari pemakaian atau konsumsi yang tidak seharusnya, potensi kerusakan yang memerlukan penggantian  dan jadwal pemeliharaan yang tepat. 
Masing-masing dari jenis informasi tersebut mempunyai dampak biaya terhadap pemasaran produk. Contohnya, estimasi usia produk bisa berpengaruh  terhadap frekuensi dan biaya pengiriman.  Bila terdapat masalah penggunaan yang signifikan maka perlu tambahan informasi berupa labeling, periklanan dan sebagainya.

 

b.      Pengujian Preference and Satisfaction Testing (Preferensi dan Kepuasan)

Pengujian preferensi dan kepuasan dipakai untuk menetapkan elemen-elemen yang akan dirancang dalam rencana pemasaran serta membuat tafsiran penjualan awal produk baru. Secara umum yang dilakukan dalam tipe pengujian ini adalah konsumen diberi kesempatan untuk menggunakan sebuah produk selama jangka waktu tertentu, kemudian mereka diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan preferensi serta kepuasan.
Selanjutnya melaksanakan “blind test” yang sedemikian rupa sehingga konsumen dapat membandingkan berbagai macam alternatif produk tanpa mengetahui nama merek atau produsennya. Pada dasarnya, pengujian preferensi dan kepuasan akan memberikan sejumlah manfaat pokok, yaitu sebagai berikut:

·         Uji Preferensi Aktual dan Uji Teknis bisa memberikan dasar klaim yang obyektif untuk keperluan promosi, terlebih apabila perusahaan ingin menyajikan superioritas dalam hal persepsi konsumen atas keunggulan spesifik pada produk perusahaan dari pada pesaing.

·         Estimasi tingkat pembelian ulang sangat penting untuk memperkirakan pangsa pasar jangka panjang. Oleh karena itu hasil yang kurang bagus pada  uji ini dapat berakibat pada pembatalan peluncuran produk maupun perancangan ulang produk baru.

·         Meskipun penerimaan pasar atas produk baru ditentukan oleh semua elemen program pemasaran, tetapi berbagai kasus menunjukkan bahwa skor yang tinggi dalam dimensi kinerja produk menggambarkan bahwa ide produk yang bersangkutan sebaiknya dilanjutkan pada tahap pengembangan produk baru selanjutnya.

·         Uji Preferensi pada umumnya dapat memberikan sinyal awal terbaik terhadap kemungkinan terjadinya kanibalisasi produk.

c.       Simulated Test Markets (Pengujian Pasar Simulasi)

 

Simulated Test Markets merupakan Prosedur Riset Pemasaran murah dan cepat yang dibuat untuk memberikan gambaran tentang pangsa pasar yang bisa diharapkan dari produk baru. Beberapa model yang dapat dipakai antara lain BASES, DESIGNOR, ASSESSOR, DAN LITMUS.

Metode ini memerlukan 30 sampai 40 pembeli yang qualified di pusat pertokoan ataupun tempat-tempat lainnya. Perusahaan akan menanyakan beberapa hal kepada mereka, berhubungan dengan awarenes dan preferensi mereka terhadap berbagai merek pada jenis produk tertentu.

 

d.      Test Markets ( Pengujian Pasar )

 

Uji pasar adalah cara utama dalam menguji sebuah produk baru dalam situasi sama yang nantinya akan dihadapi dalam peluncuran produk yang bersangkutan. Perusahaan umumnya akan bekerjasama dengan perusahaan riset dalam menentukan kota dimana perusahaan nantinya akan mencoba membujuk para distributor agar bersedia menjual produk dari perusahaan tersebut. Biaya yang nantinya dibutuhkan bergantung pada jumlah kota, lama pengujian, serta jumlah data yang diinginkan perusahaan.

Metode Pokok Untuk Menguji Pasar Produk Konsumen, adalah sebagai berikut:

1.  Sales Wave Research

Dalam jenis penelitian ini konsumen yang awalnya mencoba produk tanpa biaya ditawarkan kembali produk tersebut, atau produk pesaing, dengan harga yang sedikit lebih murah. Mereka kemudian menawarkan kembali produk sebanyak tiga hingga lima kali (gelombang penjualan/sales wave), dengan perusahaan mencatat berapa banyak pelanggan yang memilih produk itu lagi dan tingkat kepuasan yang dilaporkan. Sales Wave Research dapat dilaksanakan dengan cepat, dilakukan dengan jujur tanpa rekayasa, dan dilakukan tanpa pengemasan akhir dan iklan.

 

2.  Controlled Test Marketing

Metode ini memungkinkan perusahaan untuk menguji pengaruh faktor dalam toko dan iklan terbatas pada perilaku pembelian konsumen tanpa harus melibatkan konsumen itu sendiri secara langsung. Sampel konsumen akan diwawancarai untuk mendapatkan kesan mereka terhadap produk yang bersangkutan.

C.    Metode Pengajuan Produk

Seringkali orang melupakan bahwa ide tidak sama dengan produk. Hal ini memang mudah dipahami, namun tidak mudah untuk menanamkan dalam pikiran, terutama bagi orang-orang yang terlibat dengan produk. Anda tidak bisa hanya menyajikan deskripsi (ide) dari suatu produk dan mengharapkan orang untuk bereaksi secara realistis. Apalagi jika deskripsi disajikan tanpa unsur persuasi yang terkait. 
Jangan dulu mempercayai bahwa produk baru yang unggul akan terjual dengan sendirinya. Anda harus melihat produk  dari sudut pandang pelanggan. Kebanyakan orang akan skeptis dengan produk baru, oleh karenanya Anda memerlukan cara baru dalam mengenalkannya pada pelanggan.

Konsep pengujian merupakan proses yang menganalisa prosedur statistik membentuk ulang dan mengubah ide-ide mengenai ide dasar untuk produk. Sebelum produk diperkenalkan di pasar, hal itu akan menguji keberhasilan produk. Hal ini membantu mengembangkan titik yang menyatakan kualitas produk, posisi dan khalayak yang ditargetkan. 

Studi mengenai reaksi terhadap produk membantu kita mencakup banyak hal seperti  suka, alasan untuk membeli dan banyak hal lagi. Hal ini memfasilitasi konsumen untuk mengevaluasi dan mereka juga dapat memberikan masukan mereka selama proses pengembangan. Pengujian konsep ini juga dikenal sebagai alat manajemen untuk mengukur keberhasilan.


Pengujian terhadap konsep (concept testing) adalah upaya memprediksi keberhasilan sebuah ide mengenai produk baru sebelum meluncurkan ke pasar. Proses ini biasanya melibatkan reaksi orang lain (konsumen) terhadap pernyataan yang menjelaskan ide dasar dari produk tersebut.

Melalui uji pasar akan didapatkan beberapa manfaat, seperti memberikan prediksi yang dapat diandalkan tentang penjualan di masa yang akan datang, pengujian awal terhadap rencana pemasaran, mengetahui kekurangan produk, mendapat gambaran berbagai masalah potensial dalam jaringan distribusi, serta mendapat pemahaman lebih baik mengenai berbagai segmen pasar.


Sementara, produk bisnis juga mendapatkan manfaat dari uji pasar, dimana pengujiannya bervariasi bergantung dari jenis barangnya. Barang industri yang mahal memakai tekhnologi baru, pada umumnya menjalani pengujian ALPHA dan BETA. 


Pengujian ALPHA ialah pengujian produk dengan tujuan mengukur serta meningkatkan kinerja, rancangan, keandalan, dan biaya operasi produk. Apabila hasil pengujian ALPHA baik, perusahaan akan melanjutkan dengan melakukan pengujian BETA, yaitu mengundang konsumen potensial agar dapat melaksanakan pengujian secara rahasia di tempat mereka sendiri.


Sebuah pendekatan yang lebih efektif dalam pengujian terhadap konsep adalah pengembangan konsep, yaitu penyempurnaan ide-ide baru secara bertahap ke dalam bentuk yang paling mungkin untuk diterima di pasar. Hal ini dilakukan tidak hanya dalam kerangka memberikan ide-ide yang menjanjikan kesempatan untuk bersaing di pasaran, namun juga panduan untuk berkomunikasi mengenai manfaat, kegunaan, kemasan, iklan, penjualan, informasi produk, distribusi dan juga harga.


Secara umum terdapat 2 metode dalam melakukan pengujian sebuah produk:

1.     Meminta Konsumen menggunakan sebuah produk selama jangka waktu tertentu, kemudian meminta mereka menjawab beberapa pertanyaan terkait deskripsi produk serta kepuasan mereka.

2.     Melaksanakan Blind Test, yaitu dengan cara konsumen membandingkan sedemikian rupa berbagai macam merek dan alternatifnya tanpa mengetahui merek atau produsennya.

Metode uji pasar lainnya ialah memperkenalkan produk bisnis baru dalam pameran dagang. Produk baru industrial dapat diuji di tempat pajangan distributor atau dealer. Cara lain yang bisa ditempuh ialah uji pemasaran, dimana perusahaan membuat pasokan produk dengan jumlah terbatas dan diserahkan pada wiraniaga untuk dijual di daerah geografis yang terbatas dengan dukungan katalog, promosi dan sebagainya. 


Melalui cara demikian, manajemen akan dapat mempelajari apa saja yang mungkin terjadi dalam pemasaran dengan skala penuh serta memberikan informasi yang lebih lengkap dalam memutuskan komersialisasi produk yang bersangkutan.


Berdasarkan kajian terhadap produk sukses ditemukan 15 kunci kesuksesan pengembangan produk baru, yaitu :

1.     Produk yang unggul dan unik

2.     Produk yang berorientasi pasar

3.     Produk berorientasi internasional

4.     Melaksanakan tahap pra pengembangan

5.     Memiliki konsep produk yang jelas, tajam dan mendahului pesaing

6.     Peluncuran produk yang terencana dan terlaksana dengan baik

7.     Struktur organisasi proyek pengembangan produk baru yang tepat

8.     Dukungan oleh para pemimpin puncak

9.     Mendayagunakan kompetensi inti dan kapabilitas perusahaan

10.   Memilih pasar yang menarik (memiliki potensi profitabilitas tinggi)

11.   Fokus pada proyek yang unggul

12.   Pelaksanaan proyek dikendalikan dengan baik

13.   Kecukupan sumberdaya

14.   Kecepatan pengembangan produk baru

15.   Menggunakan sistem pengembangan proyek baru dengan disiplin

Pengembangan produk baru bukan suatu proses Trial and Error, tetapi suatu suatu proses yang harus dikelola dengan baik, dan didukung oleh riset yang mumpuni. Tentunya proses ini juga memerlukan dukungan dan komitmen dari para pemimpin puncak serta ketersediaan sumberdaya.

Mungkin anda masih ingat mengenai produk TARA NASIKU keluaran Unilever? Merek ini merupakan salah satu yang gagal di pasaran. Mengapa? TARA NASIKU kurang bisa diterima oleh pasar. Kualitas yang tidak sejalan dengan gencarnya promosi ditengarai menjadi salah satu sumber kekecewaan konsumen. Kemudian setelahnya, ada juga produk nasi instant dari GARUDAFOOD . Sukseskah? Yang jelas produk tersebut sulit ditemui. Kedua produk tersebut disebut-sebut sebagai produk yang gagal di pasaran.

Tahukah anda bahwa tingkat kegagalan produk baru mencapai 99% Oleh karena itu, sebenarnya terdapat banyak resiko dalam sebuah pengembangan dan pengajuan produk baru, di antaranya:

Risiko R & D
Risiko R & D adalah resiko dimana produk yang sudah dikembangkan ditolak atau tidak disetujui oleh pihak yang berwenang. Biasanya resiko ini banyak dihadapi oleh perusahaan farmasi yang mengembangkan obat-obatan dan perusahaan makanan/minuman.

Risiko Pemasaran

Risiko pemasaran, yaitu bahwa produk yang tersebut gagal di pasaran. hal ini terjadi karena kurang adanya pemahaman yang mendalam mengenai pasar yang menjadi sasaran.

Kemudian bagaimana cara meminimalisasi risiko dari kegagalan produk baru?

Caranya adalah dengan memanfaatkan riset pemasaran . Dibalik kesuksesan suatu produk terdapat pemahaman yang baik mengenai keinginan dan kebutuhan konsumen, serta pemahaman mengenai bagaimana produk anda dapat mememnuhi kebutuhan tersebut dengan baik.

Langkah-langkah dalam meminimalisasi risiko kegagalan produk adalah sebagai berikut :


M
arket Understanding (pemahaman pasar )
misalnya dengan riset kualitatif, pengkategorian dan segmentasi untuk mengetahui peta perasaingan dalam industri tersebut, alasan mengapa konsumen membeli produk tertentu, bagaimana mereka menggunakan suatu produk dan kebutuhan mana yang belum terpenuhi. Metode riset yang dilakukan antara lain Focus Group Discussion, In-depth Interview, dan kunjungan langsung yang dapat membantu anda untuk memperoleh informasi ini.
Riset Kualitatif akan membantu Anda dalam:

1.     Mengetahui pendapat/perasaan konsumen mengenai suatu produk, pekerjaan dan gaya hidup.

2.     Memperoleh insigt mengenai konsumen yang tidak didapatkan sebelumnya.

3.     Memperoleh manfaat dari kreativitas konsumen.

Ketika melakukan pendekatan Category Assesment Research, 
Anda meneliti  perilaku konsumen terhadap produk dan penggunaan produk dalam suatu kategori, bagaimana konsumen mengevaluasi merek berdasarkan atribut produk, apa yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian, serta mengidentifikasi kebutuhan konsumen dan pemenuhan kebutuhan mereka.
Kemudian segmentasi akan membantu dalam mengidentifikasi target pasar
Beberapa segmen memang menawarkan potensial laba yang lebih besar dibandingkan yang lainnya . Segmentasi  juga membantu dalam membuat positioning produk yang tepat.
Sehingga, melalui pemahaman pasar yang baik yang diperoleh melalui riset kualitatif, category assessment dan kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi dapat meminimalisasi risiko pemasaran.


Sumber : - http://arti-definisi-pengertian.info/arti-pengujian-produk/
               - 
https://yourraditya.com/2019/10/07/pengujian-produk/ https://budiandhisnotes.blogspot.com/2019/03/bab-7-pengujian-produk.html